Klik photo untuk melihat photo lainnya |
Pihak Puskesmas Kampung baru hingga Sore mencatat, sebanyak 60 pengungsi banjir warga di Lingkungan IV dan III, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), penyakit kulit, demam dan fileks.
“Penyakit itu sudah menyerang warga sebelum banjir datang menggenangi rumah mereka. Dan ketika mereka berendam untuk mengungsi, maka penyakit itu semakin melemahkan kondisi tubuh mereka,” sebut Kepala Puskesmas Kampung Baru, dr Erwina Zaini, kepada wartawan, di Posko Kesehatan yang mereka dirikan di Jalan Letjend Soeprapto, Medan.
Dijelaskan dr Erwina Zaini, gejala awal yang dialami pengungsi adalah tubuh menggigil, tensi darah naik dan suhu badan panas. Selain itu, kulit terasa gatal-gatal dan kering, ketika digaruk timbul sisik. “ISPA disertai demam dan hidung meler,” tambahnya.
Saat ini, untuk penanganan kesehatan pengungsi, pihak Puskesmas Kampung Baru menurunkan 5 orang staff secara bergantian. Keberadaan posko kesehatan tersebut berlangsung selama 2 hari yang dimulai dari pagi hingga pukul 16.30 WIB, tergantung situasi dan kondisi.
Mengenai obat-obatan yang disediakan, dr Erwina Zaini mengatakan, bahwa mereka membawa obat-obatan khusus untuk yang darurat saja. Sedangkan pasien yang memeriksakan kesehatannya, rata-rata rawat jalan. Namun ada juga pasien lansia yang berada di pengungsian mendapatkan perawatan khusus.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Sumut Dr RR SH Surjantini MKes menerangkan, sesuai dengan instruksi Gubernur untuk tanggap darurat banjir. Maka pihakny telah mengrimkan Surat Edaran ke kab/kota agar melakukan tanggap darurat banjir.
“Kalau perlu peralatan dan obat-obatan, bisa minta bantuan ke dinkes Sumut,” katanya. Namun, sebutnya, sejauh ini belum ada kab/kota yang meminta bantuan, artinya masih bisa menanganinya sendiri.
Sementara Camat Kecamatan Medan Maimun, M Indra Mulia SSos, didampingi Lurah Kelurahan Aur, Yunasri Nasution, kepada wartawan, mengatakan, banjir yang melanda 6 kelurahan di kecamatannya telah merendam ribuan rumah yang dihuni 1704 Kepala Keluarga (KK), dengan jumlah jiwa sebanyak 6846 orang.
Diantaranya Kelurahan Aur sebanyak 465 KK 1850 jiwa, Kelurahan Hamdan sebanyak 217 KK 900 jiwa, Kelurahan Kampung Baru sebanyak 247 KK 1483 jiwa, Kelurahan Jati sebanyak 18 KK 180 jiwa, Kelurahan Sukaraja sebanyak 146 KK 597 jiwa dan Kelurahan Sei Mati sebanyak 612 KK 1836 jiwa.
“Upaya yang telah kita lakukan saat ini adalah mendirikan sejumlah tenda posko di Kelurahan Aur, Hamdan, Kampung Baru, Sei Mati dan Jati. Namun tenda posko yang bertahan sampai saat ini ada 3, di Aur, Hamdan dan Jati,” sebut Camat.
Selain itu, pihaknya juga mendirikan posko kesehatan Puskesmas Kampung Baru dan Dapur Umum di Kelurahan Sei Mati. Namun untuk Kelurahan Aur, tidak dilaksanakan dapur umum, karena di Kelurahan ini, bantuan berupa Mie Instans, nasi bungkus dan beras dari pihak swasta dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terus mengalir dan langsung disalurkan.
“Air tadi naiknya sekitar jam 3.00 WIB. Begitu kita diinformasikan, kita langsung turun ke lokasi dan pada jam 7.30 WIB, langsung kita dirikan tenda posko di semua Kelurahan,” sebut M Indra Mulia SSos, di posko banjir Kelurahan Aur.
Sementara, Lurah Kelurahan Aur, Yunasri Nasution, mengatakan, dalam bulan ini sudah 2 kali terjadi banjir, namun yang palin besar terjadi pada hari ini, dimana ketinggian air mencapai 3 meter dari halaman rumah warga.
“Banjir inilah yang paling besar dan membuat warga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Namun ada juga yang tidak mau mengungsi dengan alasan untuk menjaga harta bendanya supaya tidak hanyut terbawa air. Tapi di Lingkungan IV dan III ini rata-rata rumah mereka berlantai dua, sehingga mereka merasa aman,” sebut Lurah.
Mengenai relokasi pemukiman DAS Deli, Yunasri mengatakan, hal tersebut sudah sering mereka himbau, namun kendalanya belum ada lokasi yang cocok untuk mereka tempati. “Pemerintah sudah sering meminta mereka pindah, tapi warga tidak bersedia,” sebutnya.
Sedangkan Rustam Effendi, warga Kampung Aur, mengatakan, banjir memang menjadi langganan. Namun anehnya, kenapa banjir tersebut tetap merendam pemukiman mereka, padahal di hulu Sungai Deli sudah ada Kanalisasi Penanggulangan Banjir.
“Heran juga kita, kenapa tetap banjir, padahal ada kanal. Apa kanal itu tidak difungsikan,” sebut Rustam, di lokasi pengungsian, yang menuding ada pihak yang sengaja tidak memfungsikan kanal agar warga di pinggir sungai tetap terendam.
Pantauan wartawan, banjir juga tidak hanya merendam pemukiman warga di pinggir Sungai Deli saja, namun di Sungai Babura, banjir juga merendam ratusan rumah warga. Air juga terlihat meninggi di Sungai Denai yang dihubungkan dengan kanalisasi penanggulangan banjir.
Hingga Sore hari, air masih merendam sebagian rumah warga. Terlihat sejumlah anak-anak dan orang dewasa berendam di air banjir di halaman Masjid Jami’ Kampung Aur. Menurut warga, banjir kali ini belum begitu tinggi seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, yakni setinggi atap seng rumah warga.**
No comments:
Post a Comment