Gule Ciput, Cemilan Sore Khas Kampung Aur 80-an

KAMPUNG Aur memang kawasan yang unik dan penuh dengan keanekaragaman jajanannya. Bagi yang pernah pernah tinggal di Kampung Aur, siapa yang tidak tahu dan merasakan sedapnya makanan yang satu ini, yakni Ciput.
Cemilan Gulai Ciput
KAMPUNG Aur memang kawasan yang unik dan penuh dengan keanekaragaman jajanannya. Bagi yang pernah tinggal di Kampung Aur, siapa yang tidak tahu dan merasakan sedapnya makanan yang satu ini, yakni Ciput.

Ciput di era tahun 80-an sangat digemari oleh warga Kampung. Makanan ini kerap dijadikan cemilan menjelang sore hari. Hewan sejenis siput atau keong ini hidup di Sungai Deli. Jenisnya ada tiga, yakni yang bercangkang panjang, cangkang baut dan cangkang siput. Sedangkan kulitnya yang keras berwarna hitam.

Pada masanya, warga Kamung Aur ramai-ramai memburu ciput di pinggir Sungai Deli. Binatang ini biasa sering ditemukan di batang-batang kayu tepian yang tenggelam di air, tapi lebih banyak jenis siput pendek yang bercangkang keong. Sedangkan yang bercangkang panjang sering ditemukan di lumpur-lumpur yang terletak di dasar sungai.


Biasanya yang memburu ciput-ciput tersebut adalah anak-anak Kampung Aur. Mereka mulai mencari ciput dari pagi hingga siang. Jika jumlah ciput sudah banyak, maksimal 1 ember 20 liter, maka pencarian dihentikan. Sebelum dimasak, ciput terlebih dahulu dibersihkan. Kemudian ujungnya dipotong dan kembali dicuci hingga bersih sampai 3 kali, agar lumut atau pun lumpurnya tidak tertinggal di cangkang.

Usai dibersihkan barulah ciput dimasak oleh mamaknya. Memasak ciput dilakukan dengan cara digulai. Jika sudah masak, barulah dijual pada sore hari, di halaman Masjid Jami' Kelurahan Aur. Pada masa itu, harga ciput seharga Rp 100 perporsi piring, cukup banyak juga. Dan rasanyapun luar bisa enak, terutama rasa gulainya yang pedas dan berwarna kuning encer. Sebagai temannya, kadang penjualnya menambahkan ubi atau pun pisang muda yang digulai bersama dengan ciput.

Nah, itu cerita pada era 80-an sampai 90-an. Pada masa itu yang sering menjual ciput adalah Tek Niun Cengkok, dan Kak Juli Jiman kadang juga Kak Leni Lapek, dan Kak Norma Gaek yang mereka jual dari turun temurun.

Kini, di erah tahun 2000-an, pedagang cemilan ciput di Kampung Aur sudah jarang muncul, seiring punahnya populasi ciput di Sungai Deli. Apalagi ketika sebagian besar masyarakatnya jarang menggunakan pemandian Sungai Deli, yang biasa dilakukan pada masa sebelumnya.

Nah, ketika penulis jalan-jalan di Kampung Aur, Rabu (27/03/2013) menjelang sore, penulis melihat ada orang yang menjual Ciput. Ketika melongok kesana-kemari mencari penjualnya, ternyata yang menjualnya adalah Kak Juli Jiman.

Yah, Kak Juli Jiman, sampai saat ini bertahan menjual cemilan gulai ciput. Kok bisa? Bukankan, ciput di Sungai Deli sudah punah? Ternyata, Kak Juli Jiman membeli ciput tersebut ke Pasar Sukaramai. Ciput yang dia beli bercangkang panjang yang keras. Memotong ujungnya harus menggunakan parang.

"Harganya Rp 5000 sekilo. Aku membelinya 5 kilo. Kalau mau membelinya kita harus pagi-pagi sekali, kalau siang sudah habislah," pungkasnya. Lalu, Kak Juli Jiman menjual gulai ciputnya itu seharga Rp 1000 per 10 ekor ciput. 

Gulainya, wah sangat lezat sekali, pedas dan mantap dilidah. Bersama ciput Kak Juli Jiman juga menambahkan ubi, sehingga menambah selera ngemil kita di sore hari... Nah, cemana menurut anda..? Silahkan coba.***
Gule Ciput, Cemilan Sore Khas Kampung Aur 80-an Gule Ciput, Cemilan Sore Khas Kampung Aur 80-an Reviewed by Unknown on Thursday, March 28, 2013 Rating: 5
Powered by Blogger.