Budi Asnang bersama Labosude, saat memantau kondisi Sungai Deli
|
Namun meskipun begitu, mereka tidak ingin dijadikan korban oleh segelintir orang yang memanfaatkan moment banjir untuk mengusir mereka, dari tempat yang ditinggali saat ini. Sebab, begitu banjir sedikit saja, sudah ada yang menebarkan isu penggusuran.
"Semua kekhawatiran tentang keselamatan dan ancaman kesehatan sudah kami rasakan. Tapi sampai saat ini, belum ada ancaman serius. Jadi pemerintah tidak usah repot-repot untuk mencarikan kami tempat tinggal yang layak, karena kami rasa, tempat tinggal kami inilah yang paling layak," ucap Budi Asnang, warga Kampung Aur, Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun, kepada wartawan, Kamis (29/8/2013).
Menurut Budi, yang menggagas Laskar Bocah Sungai Deli (Labosude) ini, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara sebaiknya membenahi proyek Kanalisasi Titikuning, yang dianggap tidak bermanfaat dalam menanggulangi banjir di hilir Sungai Deli. Sebab, setiap banjir datang, pemukiman warga tetap terendam air.
"Apa yang salah dengan proyek kanalisasi yang menelan biaya sampai milyaran rupiah itu, soalnya hingga kini belum ada manfaatnya bagi masyarakat pinggir Sungai Deli," ucap Ketua Departemen Hubungan Antar Lembaga DPD PDI Perjuangan Sumut, Ferdinan Ghodang SE SH MH, ketika dihubungi.
Ghodang menjelaskan, kurangnya pengawasan terhadap petugas pintu air yang ditempatkan di proyek kanalisasi, juga menjadi penyebab tidak berfungsinya kanal untuk mencegah air sungai merendam pemukiman warga.
"Apalagi dengan honor yang diperoleh tidak cukup buat nafkah sehari-hari, membuat petugas jaga pintu air kanal bekerja setengah hati, sehingga begitu air meluap, petugas jaga tidak terlalu peduli. Nah, akibatnya masyarakat yang tinggal di hilir sungai yang menjadi korbannya. Padahal, kanal itu dibuat untuk mencegah terendamnya pemukiman warga," ucapnya dengan tegas.
Terlebih lagi, ketika pintu air tertutup saat air sungai tidak meluap, maka terjadi penyumbatan di hulu sungai, sehingga air di hulu sungai tidak berjalan dengan lancar. Akibatnya, banyak kotoran, sampah atau limbah masyarakat dan pabrik di kawasan Delitua dan Titikuning, tidak terbawa arus. Namun, begitu air sungai meluap, petugas tidak menutup pintu air kanal ke hilir Sungai Deli dan tidak juga membuka pintu air yang mengarah ke Sunga Denai.
"Lihatlah, gara-gara ada kanal, sampah-sampah ini tidak mau hanyut. Kotoran kami saja pun tak mau pergi, disitu-situ saja kotorannya," ucap Rahmadani, warga Kedai Durian, Medan Johor. Ibu rumah tangga ini meminta kepada penjaga pintu air kanal selalu membuka pintu airnya, agar air sungai mengalir dengan lancar.#
No comments:
Post a Comment