Saturday, September 29, 2012

"Cambuk Pak Sagir"

Diceritakan : Donny Philli

SHALAT Tarawih 23 rakaat baru saja selesai. Pak Sagir, penjaga Masjid Jami' Kampung Aur mulai menutup pintu masjid satu persatu. Lampu dimatikan. Hanya bagian saf laki-laki saja yang masih dihidupkan, karena beberapa jemaah, terdiri dari kaum ibu, kaum bapak dan remaja masjid sedang tadarus, membaca ayat-ayat suci Al Quran.


Sejumlah anak-anak tampak bermain-main di sekitar halaman belakang masjid. Bermain mercon dan kembang api. Suara ribut membahana hingga ke dalam masjid membuat Pak Sagir marah. Suara lecutan cambuknya terdengar bak petir mengalahkan suara mercon. Anak-anak yang mendengarnya langsung kabur, takut terkena sambaran cambuk orang tua berusia hampir 70 tahun itu.

Aku selalu teringat saat Pak Sagir marah. Dia selalu membawa cambuknya kemana pun dia pergi. Cambuk itu panjangnya dua meter, sangat terkenal dan sangat ditakuti anak-anak masa itu. Aku pernah terkena cambuk Pak Sagir, saat sedang ribut bersama kawan-kawan ketika sedang shalat tarawih di lantai dua masjid yang terbuat dari papan.

Ketika bilal sedang membaca doa shalawat, kami selalu memplesetkan jawabannya. "Allahumashalli wa shalim ala Syaidina Muhammaaad....," yang lain menjawab "Allahumashalli wa shalim wa laiiik..." dan kami malah menjawab "Allooooo.... Pak Sageeerrr....".

Dari belakang tiba-tiba Pak Sagir melecut kami dengan cambuknya. Yang terkena cambuk sakitnya luar biasa. Bagi yang tidak tahan menahan rasa sakit langsung menangis. Pak Sagir terus mengejar kami yang berhamburan turun dari lantai dua sambil mengejek Pak Sagir. Suara gaduh dari lantai dua membuat para jemaah dibawahnya ikut memarahi kami.

Meskipun telah Almarhum sekitar 25 tahun yang lalu, Pak Sagir dengan cambuknya selalu kami ingat. Setiap bulan Ramadhan, kami selalu bercerita tentang Pak Sagir sambil tertawa-tawa lucu...***
     
(Tulisan ini juga kami dedikasikan untuk Almarhum Pak Sagir, yang telah membuat kami mengerti tentang shalat yang benar)

No comments:

Post a Comment